Sabtu, 17 Maret 2018

Tulisan Itu Abadi



"Tulisan itu abadi. Tulislah sesuatu yang menyenangkan di akhirat nanti." (Imam Ali RA)
.
.
Aku menemukan kalimat itu di sebuah buku yang terbuka tanpa sampul, saat kencan berdua dengan papa di toko buku -tempat kencan favorit kita berdua-

Sebagai orang yang selalu bercita - cita jadi penulis beneran atau penulis bayangan (asal jangan jadi kekasih bayangan, apalagi istri simpanan) dan yang aktif di grup kepenulisan yang mana salah satunya aku juga merangkap sebagai admin membuat aku kerap kali menulis (menulis edisi curhat, edisi ngode gebetan/mantan, edisi nyindir yang niat pdkt tapi balik kiri grak, edisi kangen, dll) dalam bentuk apapun puisi, cerpen, cermin, status, caption, bahkan foto.
.
.
Tidak pernah sedikitpun aku ingat bahwa menulis itu abadi. Selamanya akan ada selama tulisan itu tidak dihilangkan oleh si penulis sendiri ataupun orang lain yang merasa keberatan dengan tulisan itu. Dan saat membaca kutipan diatas, ya, aku ketampar keras, plak! plak!

Apa yang diucapkan imam Ali itu benar, menulislah yang membuat kita senang di akhirat nanti, sesuatu yang baik tentu saja, sesuatu yang memberi manfaat untuk orang lain, yang membangkitkan semangat, yang tidak membuat bangsa ini terpecah belah #duhberatdek

Ditambah lagi saat sedang ngepoin akun milik @taqy_malik yang pada salah satu postingannya ia menjelaskan bahwa jangan sekali kali meremehkan tulisan. Kalau aku sih menangkapnya, tulisan kita itu, doa kita, impian kita, jadi akan lebih baik kalau apa yang kita tulis itu ya sesuatu yang baik.
.
.
Semoga kedepannya aku juga semakin semangat menulis yang baik - baik biar tulisanku nanti akan menjadi sesuatu yang menyenangkan di akhirat. Amin.
.
.
Terus menulis ya, semoga suatu hari nanti tulisan kalian akan menjadi sebuah doa yang dikabulkan oleh pemilik hidup.
.
Selamat hari kamis, semoga harimu juga manis ☺
.
.
.
Dedicated to @dwkkrnwn yang diam - diam selalu membaca tulisanku terima kasih, semoga tulisan ini juga termasuk yang kamu senangi 😊

Yang Pantas Ditunggu

Sesuatu yang tepat & baik memang pantas untuk ditunggu (gabykalalo)
.
.
.
Hari ke 5 dalam proses menulis selama 30 hari bercerita, saya merasa sudah mulai kehabisan ide. Padahal saya janji sama @seraniamaudy mau menulis sesuatu tentang dia. Jadilah semalam saya ngintipin satu satu hasil tulisan kawan kawan yang sudah mereka kumpulkan ke @30haribercerita dan saya menemukan satu kutipan yang membekas di hati karya mbak @gabykalalo dan saya rasa ini juga cocok sebagai awalan cerita saya tentang @seraniamaudy
.
.
.
Ya gitu deh ya kalau sudah masuk usia dua puluhan topik topik sudah mulai bergeser ke masalah pasangan hidup, bukan sekedar topik mobile legend saja πŸ˜†. Itu juga yang terjadi ketika saya bersua dengan @seraniamaudy beberapa waktu terakhir.
.
.
.
Dia ingin sekali menikah muda, lalu menikah dengan menggunakan upacara pedang pora. See? ketahuan lah ya dia kepingin nikah dengan siapa. Hahaha. Lalu saya menyarankan seorang laki - laki yang kebetulan berprofesi yang nantinya saat ia menikah akan menggunakan prosesi pedang pora. Saya harap sih sudah ada progressnya, dan itu positif. Hihihi.
.
.
.
Balik lagi ke kutipannya mbak @gabykalalo sesuatu yang baik dan tepat itu memang pantas untuk ditunggu. Selama masa menunggu sih tetep terus berdoa saja supaya kita juga lebih yakin dengan apa yang kita tunggu, sebab Tuhan itu maha pembolak balik hati, bukan?
.
.
.
Tulisan ini bukan hanya untuk @seraniamaudy saja, tapi untuk saya sendiri juga, dan untuk teman teman saya yang strong dalam menunggu @r_widay , @nung.noeng, & @ophie_ipho semoga pada akhirnya kesabaran dalam menunggu membuahkan hasil ya.
.
Selamat hari jumat, semoga sayangnya ke saya bertambah ya. 😘

BAJU KUMUR - KUMUR



"Ma, adik Ajeng nggak mau mandi tuh!" lapor mbak Piya, ART ku yang masih berusia 18 tahun. Aku yang masih melipat baju anakku ke dalam lemari hanya bisa tertawa dan geleng - geleng kepala.

"Baju kumur - kumurnya sudah kering, mbak?" tanyaku

"Belum Ma, masih mamel." sahut gadis berambut panjang itu.

"Yoweslah disetrika wae, ben ndang kering!" perintahku pada Piya, ia mengangguk lalu segera pergi ke belakang.

Aku keluar kamar dan segera menemukan bayiku yang berusia 1,5 tahun memakai kaos singlet dan diaper sedang sibuk bermain. Aku menghampirinya,

"Adik Ajeng, mandi yuk sama Mama, udah sore lho, nanti keburu dingin!"

Bayiku yang giginya baru tumbuh 12 buah berhenti dari bermain dan menatapku,

"Tapi Adik pakai baju kumung - kumung..." pintanya dengan sangat disertai bicaranya yang masih cadel. Sehingga, ketika ia ingin menyebutkan baju kumur - kumur, ia pun tidak bisa menirukannya.

Baju kumur - kumur adalah barang kesayangannya, sebuah baju berwarna biru & kinung tanpa lengan dan memiliki capuchon.

"Iya, tuh, bajunya lagi disetrika sama mbak Piya, oke? Abis mandi nanti Adik Ajeng bantuin Mama nyiram bunga ya?" pintaku. Aku segera menggendongnya menuju kamar mandi.

"Oke, ma!" jawab Adik Ajeng sumringah.
_________________________________

Aku membaca sebuah cerpen karya Mama yang ia hadiahkan untuk ulang tahunku yang ke 23. Mama meletakkannya rapi dalam sebuah kotak yang diberi hiasan pita plastik. Selain cerpen, mama memberiku selembar foto lama diriku saat memakai baju kumur - kumur.

Ponselku bergetar. Sebuah chat dari Mama masuk.

"Mbak, kadonya Mama sudah dibuka? Semoga suka ya. Kamu perlu tahu, cintanya Mama tetap sama seperti dulu waktu kamu suka banget pakai baju kumur - kumur, sehingga harus di cuci - paksa kering - pakai - cuci lagi, begitu seterusnya. Tidak akan berubah, selamanya begitu."

Dan aku merasa ada yang leleh di sudut mataku.

(Nina Savitri , 2018)

*Salah satu karya saya yang di submit di acara 30 hari bercerita di instagram

Menulis Tentang Teman




Konsisten menulis on time ternyata susah juga, setelah kemarin absen, akhirnya pagi ini saya dapat tugas menulis dari sekolah @30haribercerita tentang teman. Apalagi awalan intro tema hari ini tentang friendster, sosial media paling hits zaman saya masih pakai seragam putih biru.

Ngomongin seragam putih biru, saya ingat saya punya pengalaman lucu tentang teman saya yang akhirnya saya sesali tapi jadi pelajaran juga.

Namanya Eky. Lengkapnya Eky Wahyu Febrianto. Seisi kelas kerap kali memanggilnya dengan Basuki, nama bapaknya. Walaupun saya nggak pernah secara eksplisit memanggilnya langsung dengan nama Basuki tapi di belakangnya saya mengamini apa yang anak - anak lakukan.

Sekelas menganggapnya sebagai maskot. Sebab dia berbeda sendiri dari kita semua. Saat itu badannya memang nampak mungil. Saya tidak tahu pasti sih, berapa tingginya saat itu, tapi yang saya ingat, tinggi saya sekitar 150cm dan dia lebih pendek dari saya.

Semakin bertambah ejekannya, karena hanya dia satu - satunya siswa laki - laki yang tidak pernah protes ketika dibawakan bekal makan siang oleh ibunya. Ya, setiap hari! Dan dipastikan pasti habis. Bukan berarti anak laki - laki yang lain tidak bawa ya, tapi pokoknya tidak sesering Eky. Sayangnya, setiap dia dibekali nugget goreng oleh ibunya, seringkali ia tidak kebagian sebab tangan - tangan kami dengan sigap memintanya secara paksa, hahahaha, padahal kami sendiri juga sudah bawa bekal kami masing - masing. Akhirnya yang tersisa hanya nasi putih tanpa lauk πŸ˜†. Saya tidak tahu, bagaimana akhir nasib dari si nasi putih tadi.

Entah kenapa, saya jarang menemui Eky merasa tersinggung atau dalam kondisi benar - benar marah ketika diperlakukan begitu. Malah marahnya dia kami anggap lucu. Termasuk saya, ketika melihatnya marah, saya kok malah tertawa.

Akhirnya terbentuklah sebuah pemahaman di kepala saya, Eky orangnya sabar dan lucu. Sesulit apapun atau setersinggung apapun, dia tidak pernah meresponnya berlebihan. Dibawa asik aja.
________________

Lama setelah lulus lulusan SMP, sudah jarang bertemu Eky kecuali reuni sebab dia meneruskan SMA nya di kota sebelah, Krian, πŸ˜… (Eh aku bener kan, itu luar kota, iya kan ky?)

Tapi mungkin itu yang katanya namanya teman, sejauh apapun, selama apapun nggak kontak, yang benar - benar tulus itu yang akan tinggal, katanya sih gitu.

Saya dan Eky kembali aktif mengobrol ketika sudah di bangku kuliah, semakin sering ketemu sejak saya tahu, sepupunya Eky itu juga teman SD dan les saya, salah satu murid kesayangannya mama dan sejak ada adik tingkatnya Eky di kampus yang bikin hidup saya sempat jungkir balik #eh, intinya jadi makin banyak topik yang bisa kami obrolkan.

Dari Eky juga saya banyak belajar tentang bagaimana kesabaran yang tulus itu akan membuahkan hasil, seingat saya, dia tidak mengalami kesulitan yang berarti sampai akhirnya sekarang dia sudah diangkat sebagai pegawai negeri.

Sabar. Tulus. Ikhlas. Itu kunci hidup bahagia saya pikir, dan Eky bukan hanya belajar, tapi langsung mengaplikasikannya dalam hidup. Termasuk teman saya yang hidupnya nggak neko - neko, walaupun tawaran hidup neko - neko sering datang.

Dan pada akhirnya, teman yang baik adalah teman yang selalu membuat kita belajar tanpa membuat kita merasa diajari, yang menerima bagaimana proses belajar kita yang jungkir balik dan tidak sama seperti mereka. Teman yang baik adalah yang bisa membuat kita tertawa lepas persis seperti yang sudah Eky lakukan, padahal dia ga niat ngelucu juga. Tapi bahkan saat saya nulis ini, saya nggak bisa berhenti tertawa.
_____________________

p.s : Saya cuma nyesel saya dulu pernah ikut ketawa saat yang lain menghina tubuhnya yang kecil mungil, soalnya ternyata dia sekarang lebih tinggi dari saya, oh no.... πŸ˜“

CITA CITA : MENJADI AYAH



Cita - cita : Menjadi Ayah

Cerita cerita yang pernah kubaca sepertinya banyak yang seringkali terbawa mimpi, kepikiran beberapa hari, terus hilang dibawa angin. Lalu hidupku kembali seperti biasa sewaktu belum membacanya.

Tapi kali ini agak beda, saat membaca ceritanya mas @rpabdinegara untuk @30haribercerita di hari pertama. Menggelitik banget, apalagi bagian ketika ia menuliskan salah satu cita - citanya yaitu menjadi Bapak/Ayah. (Aku milih kata Ayah, karena kalau bapak, takut ketuker sama bapak lurah, atau bapak camat πŸ˜†)

Asli bikin kepikiran!

Entah kenapa, cita citanya begitu membuat saya terpikat, kedengarannya biasa aja ya, jadi Ayah, siapa yang sangka jadi Ayah itu berat sekali, sama beratnya dengan menjadi Ibu. (Soon saya akan tulis juga tentang ibu)

Ayah yang harus bekerja keras banting tulang memastikan dalam sebulan keluarganya tercukupi. Ayah yang berkewajiban mendidik seluruh anggota keluarganya ke jalan yang benar. Ayah yang harus menanggung dosa apabila ada anggota keluarganya yang melakukan kesalahan akibat belum berhasilnya ia mendidik.

Bagi anak perempuan, Ayah akan jadi cinta pertamanya, Ayah adalah laki-laki paling baik dihidupnya, yang tak akan mengeluh lelah, yang akan membelanya mati-matian, yang akan rela memberikan seluruh hidup dan nyawanya, gratis!

Ayah yang akan menikahkan anak perempuannya seandainya ia masih hidup, dan saya yakin, Ayah juga yang akan menangis paling keras setelah akad anak perempuannya usai.

Sederhana, tapi, berat sekali ya?

Sungguh, siapapun yang memiliki cita - cita menjadi Ayah adalah orang yang keren. Karena sejak sedari awal dia sudah mengerti, apa saja yang akan dia tanggung di kemudian hari.

Menjadi Ayah, sebuah cita - cita yang tidak ada sekolahnya, tidak ada gelarnya, tapi pertanggungjawabannya sampai akhirat, bukan sekedar di ruang sidang.

Ngomong - ngomong masih adakah laki - laki muda generasi saya dan dibawah saya yang ingin memiliki cita - cita sesederhana ini?

(Nina Savitri , 2018)

*Salah satu tulisan saya yang di submit untuk acara 30 hari bercerita di Instagram

DETOX



Hari keduapuluh lima

Detox.

Itu jawaban saya waktu ditanya oleh fiu, masih lanjut ga proyek nulis 30 harinya?

Padahal kalo kata kamus, detox itu special treatment to help someone stop drinking alcohol or taking drugs. πŸ˜†

Memang, nulis itu nyandu. Nyandu banget buat yang ketagihan.

Tapi bakal salah jadinya kalo nulis tiap hari dan berharap di regram. Well, setelah akhirnya di regram sekali, tentu saja saya ingin diregram lagi. Ide ide mulai berkeliaran di kepala.

Sedikit sedikit ngecek notifikasi. Adakah tanda - tanda bakalan diregram atau tidak. Wah, sudah ada bau - bau ga bener nih, dalam hati bilang gitu.

Kok ya pas, pas lagi paketan abis, pas juga mutusin buat rehat sebentar. Dan, ah suka rasanya saat hidup nggak dihantui notifikasi 😊

Saya atur lagi tujuan saya nulis 30 hari buat apa. Sampailah pada sebuah kesimpulan, nulis ya nulis aja, buat menyampaikan gagasan. Dibaca atau tidak urusan nanti. Diregram atau tidak urusan nanti. Setiap tulisan punya pembacanya sendiri, biarlah mereka bertemu atas kehendaknya masing - masing. πŸ™


@30haribercerita #30haribercerita #30hbc1825

Pak Tua Yang Membaca Kisah Cinta : A Book Review



[Book Review]

Detail Buku
Judul : Pak Tua Yang Membaca Kisah Cinta
Penerbit : Marjin Kiri
Tahun Terbit : 2017
Cetakan Ke : 2
Halaman : 133
Penerjemah : Ronny Agustinus

Sinopsis Buku

Antonio JosΓ¨ BolΓ­var ProaΓ±o karakter utama dalam novel ini. Adalah seorang Pak Tua tanpa istri dan anak yang memilih mengasingkan dirinya di hutan Amazon sejak kematian istrinya. Ia bergabung dengan suku ...... lalu ia mempelajari  banyak  cara untuk lebih mengenal hutan tempat ia tinggal, menaklukkannya, tanpa harus merusak. Ia juga berusaha mengenal setiap pertanda pertanda yang lahir dari alam yang selalu memberikan petunjuk. Ia tinggal di sebuah rumah kayu yang tak banyak memiliki perabotan. Ia merasa damai tinggal dengan cara begitu sebelum orang - orang putih memaksa masuk hutan demi masa depan yang lebih baik katanya, namun malah merusak ekosistem yang ada hingga memaksa seluruh hewan disana mengungsi lebih jauh dan dalam lagi menuju hutan, termasuk suku yang mendiami hutan - hutan tersebut. Sampai pada akhirnya seekor macan tutul membunuh satu persatu manusia kulit putih yang mencoba membangun peradaban di hutan, dan tak ada seorang pun yang bisa menghentikannya kecuali Pak Tua. Akankah semua kembali normal setelah macan tutul dihentikan? Akankah mimpi sederhana Pak Tua untuk membaca kisah cinta setiap hari tanpa gangguan juga akan terwujud?

Kelebihan Buku
Buku tipis ini menurut saya sudah memenuhi ekspektasi saya sebagai pembaca pemula sastra amerika latin. Terjemahannya sip, sehingga setiap pesan yang berusaha ditulis oleh pengarang sampai kepada setiap pembaca yang memiliki bahasa yang berbeda - beda. Kisah ini juga mengangkat isu yang tidak biasa yaitu isu lingkungan yang dibalut cinta. Bahkan menurut saya pengarang bisa mengajak pembaca bahwa cinta bukan hanya milik manusia saja. Cinta itu milik setiap makhluk hidup. Jika manusia ingin hidup aman & damai maka cintailah lingkungan dan makhluk hidup di sekitar. Apabila itu dicederai maka kehidupan menjadi tidak seimbang dan akan muncul kerusakan yang akhirnya harus ditanggung manusia itu lagi.

Kekurangan Buku

Sebenarnya hampir tidak ada kekurangan dalam buku ini menurut saya dalam hal teknis. Hanya saja saya akan lebih menyukai jika di dalam buku ini ada tokoh perempuan yang ikut berbicara. Disini, hanya laki - laki yang mendapatkan percakapan. Perempuan hanya sebagai penghias. Mereka ada, tetapi jatah percakapannya tidak sebanyak yang dimiliki tokoh laki - laki.

*salah satu postingan yang saya submit di acara 30haribercerita di Instagram

Candid





Candid /adjective/ honest, especially about something that is unpleasant or embarassing

___________________________________________

Begitu yang kutemukan dalam kamus Cambridge pagi ini yang sengaja kubuka untuk mencari arti candid.

Sebab tetiba saja aku ingin menunjukkan padamu sesuatu yang jujur tentangmu padamu yang mungkin tidak akan kamu sukai, yang akan selalu kamu sangkal, padahal itu jauh lebih bagus dibanding apapun yang kerap kamu ceritakan di sela - sela makan siang kita.

Kamu selalu bilang, kamu masih harus menjalani beberapa perawatan lagi sampai akhirnya kulitmu mencerah beberapa tingkat, syukur - syukur bisa seputih artis yang wara wiri saban hari di televisi.

Padahal aku lebih suka saat melihatmu berpanas panas ria di pinggir pantai yang mengakibatkan kulitmu menjadi sedikit berwarna, yang dimataku itu nampak indah sekali

Kamu selalu berusaha melihat keluar tanpa kamu ketahui bahwa apa yang ada di dirimu lebih indah dari yang sering tersebar di lembar majalah mode, sayang kamu tidak mau jujur. Kamu selalu menyangkal.

Kini, pagi ini saat kamu belum terbangun aku hanya ingin memberitahumu kamu sejujurnya lebih cantik apa adanya, dengan kulit kecoklatan akibat main air di pantai, seperti dulu saat aku baru bertemu denganmu

Tapi yang ada di hadapanku sekarang lebih jujur lagi, yang baru saja aku ketahui saat aku menikahimu. Tidurmu dengan mulut terbuka dan terkadang mengeluarkan liur dan jatuh sepanjang pipimu, asem tapi membuatku makin cinta.

Aku mengambil ponselku lalu kubuka kamera

CEKREK!

Ini kejujuranmu yang kusadari bahwa hidupku sungguh manis, dengan manusia cantik yang kunikahi, bukan seorang yang berpura - pura.

Sayang, sudahlah, berhentilah perawatan, yang begini sudah amat cantik bagiku.

(Nina Savitri , 2018)

*Salah satu karya tulis yang di submit dalam acara 30 hari bercerita di instagram

Kamis, 15 Maret 2018

Welcome 2018 :)

Halo
seperti biasa, sekali lagi minta maaf ya, lama banget nggak ngurusin blognya. Well selamat tahun baru 2018 ya, semoga tahun ini, semua hal yang dicita -citakan tercapai. Semua doa yang dipanjatkan dikabulkan oleh sang pemilik hidup, amin. Setidaknya apabila itu tidak baik maka, kiranya Tuhan menggantinya dengan yang lebih baik.

Tahun 2018, saya mengawali menulis dengan mengikuti acara 30 hari bercerita. Acara itu diselenggarakan dengan menggunakan media. Kita bebas menulis apa saja selama 30 hari dan diminta untuk memosting tiap harinya. Setiap harinya, admin akan melakukan regram apabila dirasa tulisan yang kalian tulis menginspirasi atau memiliki unsur menghibur. Ketatnya persaingan, membuat satu sama lain penulis benar-benar mengerahkan segala daya upaya agar tulisannya di regram. Pada hari tertentu, admin akan memberikan sebuah tantangan yakni menulis dengan tema.

Saya sih sejauh ini, pernah mendapatkan regram sekali pada sebuah tulisan saya yang saya tulis dengan jujur.

Memang saya nggak bisa full 30 hari, tapi nggak masalah, dengan adanya acara ini, dapat membantu penulis amatiran seperti saya ini mampu menulis dengan tenggat waktu dan harus bisa menulis dengan tulisan yang berbobot bukan sekedar menulis apalagi yang menulis dengan bergantung mood.

Berhubung, saya memutuskan instagram saya untuk sekedar terisi foto-foto benda mati, pemandangan, dan beberapa foto diri, teman, keluarga saya, akhirnya saya memutuskan untuk memindahkan semua tulisan saya ke dalam blog ini, lumayan lah sekalian buat ngisi-ngisi blog juga kan? hehehe, selamat membaca ya.

Ngomong - ngomong tahun ini, di bulan juni mendatang, tepat 10 hari setelah lebaran hari pertama saya tepat berusia 24 tahun, tapi wajah saya masih saja tetap seperti yang saya posting di atas, kerap kali orang -orang tertipu, mereka mengira saya masih duduk di bangku SMA, adakah saran supaya menjadikan wajah nampak sedikit lebih dewasa?

Love
Nina Savitri