Kamis, 04 Oktober 2018

Seandainya Kamu Bukan Secangkir Kopi Susu




Aku, barangkali adalah secangkir kopi ini, sebab katamu aku terlalu pasrah. Apapun maumu selalu ku iyakan tanpa membantah.

Barangkali pula, kau berangan, seandainya aku ini adalah arus sungai yang tak mau tunduk begitu saja, barangkali kau lebih menginginkanku, sahutmu kala itu.

Lalu, bagaimana? Kau ingin mengakhiri segalanya? tanyaku. Kau  dengan sedikit tersengal, menggeleng, "Tidak, sungguh!" Aku hanya berangan.

Terkadang, menjadi bersyukur, itu lebih baik dibandingkan kerapkali berangan - angan. Setidaknya itu cara ia berterima kasih pada Tuhannya.

Kau terpaku pada jawabanku, lalu dengan mimik malu kau berkata, "benar ya, maaf, aku banyak mau. Jangan pergi ya..."

(2018)

p.s : pernah di post di instagram @nuninaklose untuk disetor ke akun @30haribercerita.

Selasa, 02 Oktober 2018

Main ke Goodreadsku Yuk!



haiii,

jadi selama 2018 ini, postingan aku kan kebanyakan rekapan hasil karyaku yang di post di instagram. Nah, kali ini aku mau ngajakin dong main ke akun goodreads aku. Iya, akun goodreads yang dibikin sejak 2015 itu akhirnya aktif sejak setahun lalu.

Walaupun belum bisa menuhi reading challengesnya tapi pelan - pelan sudah bikin list bacaan buat setahun. Nah karena belum sempat nulis review buku lagi disini, jadi main aja dulu di goodreads aku ya..., disana ada juga reviewnya kok walaupun lebih banyak ngaco isinya hahaha. Soon kalau sudah nemu buku yang asyik buat di review, pasti ngereview lagi disini.

sila search aja akun goodreadsku di google dengan keyword "Nina Savitri Goodreads", nanti langsung muncul dehh..

Sedikit ngebocorin, kenapa semua yang udah di post di instagram kok dipindah kesini, karena menurutku di instagram itu bagusnya sih buat foto aja, bukan buat nulis cerpen. Paling mentok ya cermin, tapi tetep aja setelah dilihat lihat lagi, tetep nggak sip.

mungkin cocoknya sekedar kutipan puisi atau kutipan cerpen.

okee sampe sini dulu, jangan lupa mampir ya ke akun goodreads aku, makasiih :)

Bicaralah

Aku berusaha menepati janji
Telah kusempurnakan sujudku
Entah khusyuk / tidak
Telah seluruhku dalam namaMu
Sekujur dalam tubuhMu


Aku hendak meminta petunjuk bagaimana menjamu seorang tamu yang datang mendadak
Kau, Tuan Tamu yang neliburkan diri dari segala, juga harus menepati janjimu


Hidup toh milik yang Maha, kita berlakon tak menghapal naskah

"Bicaralah!"

(Nina Savitri - Desember 2017)

p.s : puisi ini pernah di publish di instagram @ nuninaklose untuk di setor ke instagram @30haribercerita.

Memang Iya, Lalu Apalagi?








Mencintaimu mudah saja sepertinya, mungkin. Setelah dipikir - pikir memang iya, lalu apalagi?


Sebait puisi tanpa nama pengarang. Begitu yang tertulis di secarik kertas kumal yang kutemukan terselip di bawah pintu lokerku. Tinta pulpennya masih belum terlalu kering, pasti ini baru saja ditulis saat aku sedang kelas. Sekali lagi kubaca, sepertinya aku mengenali tulisan ini.

Aku tersenyum simpul. Aku yakin ini pasti dia. Tidak ada tulisan tangan yang menyamai miliknya. Aku bertanya pada seorang kawannya yang tetiba saja lewat di hadapanku

"Dimana Oik?"
Kawannya menjawab , "Terakhir kulihat, ia ada di parkiran mobil bersama Kojek. Coba saja, kamu cari kesana, mungkin masih ada."

Ia sedang bersandar pada mobil biru sendirian saja, melamun. Sesaat aku ragu haruskah aku menghampirinya atau...
Di waktu yang bersamaan, ia menangkapku sedang menatapnya. Raut wajahnya tegang, mencoba berbicara padaku tanpa suara melalui kedua bola mata "Jadi bagaimana?"

Terlintas di kepalaku untuk menggodanya, berpura - pura serius berpikir. Oik tertawa, lalu memutarkan kedua bola matanya seolah berkata "Oh, Ayolah!" Akhirnya aku juga tertawa, lalu dengan isyarat tangan, aku memintanya menunggu sebentar sementara aku mengambil pena di dalam tas.

Aku menuliskan sesuatu di bawah bait puisi yang dituliskan oik. Lalu melipatnya kembali. Kuminta seorang junior yang sedang duduk - duduk menunggu di bangku sebelahku untuk memberikan kertas kumal itu pada Oik, lalu mengucapkan terima kasih.

Oik membaca kertas dariku dengan cepat, begitu juga raut wajahnya yang berubah cepat dan kini nampak ceria. Senyumnya lebar sekali. Aku menghampirinya yang berdiri kikuk di sebelah mobil.

Aku pun. Demikian telah terjatuhi cintamu, mungkin, ah terlalu mudah, tapi bagaimana, aku, kamu, seloyang pizza adalah takdir barangkali sore ini. Lalu apalagi yang ditunggu?

(Nina Savitri - Januari 2018)

p.s : cerita mini ini pernah di publish di instagram @nuninaklose untuk di setor ke instagram @30haribercerita.