Selasa, 02 Oktober 2018

Memang Iya, Lalu Apalagi?








Mencintaimu mudah saja sepertinya, mungkin. Setelah dipikir - pikir memang iya, lalu apalagi?


Sebait puisi tanpa nama pengarang. Begitu yang tertulis di secarik kertas kumal yang kutemukan terselip di bawah pintu lokerku. Tinta pulpennya masih belum terlalu kering, pasti ini baru saja ditulis saat aku sedang kelas. Sekali lagi kubaca, sepertinya aku mengenali tulisan ini.

Aku tersenyum simpul. Aku yakin ini pasti dia. Tidak ada tulisan tangan yang menyamai miliknya. Aku bertanya pada seorang kawannya yang tetiba saja lewat di hadapanku

"Dimana Oik?"
Kawannya menjawab , "Terakhir kulihat, ia ada di parkiran mobil bersama Kojek. Coba saja, kamu cari kesana, mungkin masih ada."

Ia sedang bersandar pada mobil biru sendirian saja, melamun. Sesaat aku ragu haruskah aku menghampirinya atau...
Di waktu yang bersamaan, ia menangkapku sedang menatapnya. Raut wajahnya tegang, mencoba berbicara padaku tanpa suara melalui kedua bola mata "Jadi bagaimana?"

Terlintas di kepalaku untuk menggodanya, berpura - pura serius berpikir. Oik tertawa, lalu memutarkan kedua bola matanya seolah berkata "Oh, Ayolah!" Akhirnya aku juga tertawa, lalu dengan isyarat tangan, aku memintanya menunggu sebentar sementara aku mengambil pena di dalam tas.

Aku menuliskan sesuatu di bawah bait puisi yang dituliskan oik. Lalu melipatnya kembali. Kuminta seorang junior yang sedang duduk - duduk menunggu di bangku sebelahku untuk memberikan kertas kumal itu pada Oik, lalu mengucapkan terima kasih.

Oik membaca kertas dariku dengan cepat, begitu juga raut wajahnya yang berubah cepat dan kini nampak ceria. Senyumnya lebar sekali. Aku menghampirinya yang berdiri kikuk di sebelah mobil.

Aku pun. Demikian telah terjatuhi cintamu, mungkin, ah terlalu mudah, tapi bagaimana, aku, kamu, seloyang pizza adalah takdir barangkali sore ini. Lalu apalagi yang ditunggu?

(Nina Savitri - Januari 2018)

p.s : cerita mini ini pernah di publish di instagram @nuninaklose untuk di setor ke instagram @30haribercerita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar