Sabtu, 02 Juli 2016

Tentang Saya, dan Alicia Si Mur Mur




Halo

Selamat hari sabtu terakhir di bulan ramadhan. Nggak terasa sudah memasuki hari-hari terakhir puasa dan padatnya volume kendaraan di jalanan di sebabkan arus mudik.

Sebelum bicara lebih lanjut tentang mudik, saya mau cerita sedikit dulu ya, tentang teman baru saya.

Namanya Alicia, bisa dipanggil Cia atau saya kerap memanggilnya Alis. Dia mungkin saja kelahiran tahun 1998 atau 1999, jadi dia sekitar 4-5 tahun lebih muda dari saya. Dia baru saja lulus dari SMA dan sedang proses mendaftar ke perguruan tinggi khusus seni di Jogjakarta sana, ya, ISI Jogja.

Saya bertemu dia melalui komunitas penulis yang saya ikuti sih, namanya Devils of Death, sudah pernah saya singgung sedikit kan, masalah ini? Segera ya, akan saya tuliskan lebih lengkap.

Well, saya dan Alis memang belum pernah bertemu secara langsung. Saya, baru membuat janji bertemu dengannya setelah lebaran tahun ini usai. Alis ini domisili di kota Batu, Jawa Timur. Kota yang sering kali saya kunjungi bersama keluarga saat liburan.

Lucunya, entah mengapa, tiba-tiba keluarga saya merubah rencana yang tadinya akan pulang kampung ke Solo dan Magelang, Jawa Tengah, sebab ada pertemuan keluarga disana, akhirnya malah mengurungkan niat itu dan mengundur acara keluarga menjadi bulan Oktober di Bekasi. Alasannya mungkin tidak bisa saya share disini.

You know what, keluarga saya memutuskan untuk berlibur ke Batu dan Malang lebaran tahun ini
- setelah mengunjungi sanak famili yang domisilinya sekitar Surabaya, Sidoarjo dan Mojokerto - dan menginap di sebuah Panti Asuhan Katolik atau Kristen bernama Rumah YWI yang letaknya persis di seberang taman hiburan Batu Night Specta (BNS)

Entah ini kebetulan atau memang mungkin saya benar di izinkan oleh pemilik kehidupan supaya bisa bertemu Alis, ternyata Alis juga sering main ke Rumah YWI dan kenal dengan adik-adik di panti asuhan itu. Ini kedua kalinya saya menginap di Rumah YWI bersama keluarga. Sayangnya, saya hanya bertindak sebagai tamu dan tidak bisa terlalu dekat dengan adik-adiknya saya rasa, meski ketika saya berenang di sana, banyak adik-adiknya yang duduk melihat.

Saya pribadi benar-benar penasaran dengan Alicia ini. Bisa kenal dengan adik-adik di YWI, jago main gitar, dan Saya yakin dia bisa nyanyi -sebab saya stalking di blognya dia sedang nyanyi di panggung di Taman Hiburan di Batu bernama Taman Parkiran tempat dia bekerja. Bisa melukis juga, dan jago buat puisi. She looks like a real artist, mengingatkan saya pada seseorang bernama Darmawan WP, yang begitu banyak membantu saya dalam hal tulis menulis di bidang puisi.

Apakah saya berlebihan jika memanggilnya, She is the queen of cool and unique? Saya rasa tidak. Mungkin karena itu juga, banyak sekali lelaki di komunitas penulis Devils of Death mengaguminya? Ada yang tahu? Silakan tebak, sebab saya tidak akan menuliskannya, sebagai bentuk dari privasi. Tapi saya sangat yakin banyak sekali laki-laki yang memujanya diantara sunyi.

Cemburu? Tentu saja tidak hahaha. Saya bahkan yang jelas jelas perempuan juga mengaguminya.

Rasanya, jika memang ketika saya berlibur ke kota Batu dan tidak bisa bertemu dengannya di Rumah YWI, mungkin saya akan main-main saja ke tempat kerjanya. Jaraknya juga tidak jauh. Tidak ada tiket masuk, alias gratis. Hanya membayar jika ingin menaiki wahananya. Bagaimana jika saya dan Alis duet musikalisasi puisi di tempat kerjanya? Hmm sounds interesting, mudah-mudahan boleh.
Yang mau searching lebih lanjut tentang tempat kerja Alis boleh ya, googling dengan keyword Taman Parkiran Batu.

Sudah sejauh ini saya membicarakan tentang Alis, ada yang tahu, wajahnya bagaimana?

Nah, itu dia wajahnya Alis. Cantik bukan? Kemarin sore, ini juga jadi bahan perbincangan di salah satu grup kepenulisan Devils of Death, bahwa saya dan Alis memiliki bentuk wajah yang sama, benarkah?


yang berjilbab hijau itu saya, benarkah kami berdua mirip? wkwkwk, tentu saya merasa terhormat jika benar disandingkan dengan adik saya yang berbakat ini.

ngomong-ngomong segini dulu aja ya postingan saya tentang Alis, nanti jika memang sudah bertemu saya tuliskan lagi tentang dia. Jika ingin tahu lebih lanjut tentang Alis, silahkan buka blog pribadinya di murmurise.blogspot.com

seperti yang ada di gambar awal sendiri.

Hmm mungkin besok atau lusa saya akan menuliskan tentang Dinar Astari ya, teman saya juga di grup kepenulisan, yang juga sedang digandrungi para lelaki disana, sayangnya Dinar terlalu tangguh untuk di taklukkan wkwkwk, see you.

Have a nice Saturday Nite.

Selasa, 28 Juni 2016

PEJAMKAN RINDUMU

Pejamkan saja rindumu, sebab cintaku tak akan lumer untukmu. 
Hatiku mungkin saja kosong, sebab telah ku usir penghuni lama dari sini. 
Dia mengkhianati aku dengan yang lain, bukan berarti itu sanggup menjadi alasan engkau untuk berharap padaku. 
Tidak!

Pejamkan saja rindumu. 
Bahkan tangismu pun bukan membuat aku luluh. 
Susut saja air matamu sebab ia lebih berharga di keluarkan bagi yang lain, tidak aku.

Pejamkan saja rindumu. 
Aku tak bisa penuhi segala angan anganmu. 
Apalagi berbalik merindukanmu. 
Kepalaku begitu penuh tak tahu kapan ingin berlabuh. 
Menjauh sajalah, lebih baik untukmu dan hatimu.

Selamat Tinggal

27.06.16

01.20

Menepilah di Dadaku

Menepilah di dadaku
Padanya boleh kau rebahkan lelah
Resah yang berkelindan, silahkan titipkan

Jangan lupa untuk sematkan cemas
Dadaku lebih dari sekedar cukup
Disana, tentu saja kau boleh, tak usah ragu

Mari menepilah di dadaku

@nuninaklose
03.06.16

01.07 WIB

Tari, Sang Penyair

Bermula dari Jogja

Tulisannya yang mengandung unsur Jogja, lalu aku mulai menghafalnya

Dari alis, mata, hidung, bibir dan tarikan senyumnya, aku mencoba menghafal


Mengapa begitu? Memang harus begitu, sebab sajaknya saja yang membuat mata ini hujan lagi.

Kenapa harus Jogja? Tidak ada kah kota lain? Jogja itu indah, sangat indah, tapi tidak bagiku.

Lalu dia berkata, sebab sajak yang baik itu mendamaikan.  

Bukan menyakitkan.  

Jikalau menulis belum menjadi penyembuh, cobalah bertanya pada dirimu, sudahkah kau menulis dari hati? 

Atau hanya perkara hati yang kau tulis? 

Sehingga sedih tak sanggup bermuara padanya? 

Begitu kata seorang Tari, Sang Penyair yang sedang digandrungi 

*dengan sedikit gubahan* 

@nuninaklose 

27.06.16 
00.50

Selengkapnya : http://fiksiana.kompasiana.com/hertwinworld-joeyssite.blogspot.com/tari-sang-penyair_57728166957a610605587eb2