Film ini disutradarai oleh Gina S Noer yang sekaligus menuliskan skenarionya. Sebuah cerita sederhana yang sangat relatable dengan kehidupan remaja masa kini. Film ini juga mengingatkan saya pada film Juno yang bertema sama namun kali ini di balut dengan nuansa yang lebih Indonesia.
Ketika di film Juno, kedua pasangan muda mudi tersebut memutuskan untuk tidak menikah dan menyerahkan anaknya kepada orang lain untuk di adopsi, Di film ini, akhirnya, anaknya diputuskan untuk di asuh oleh kakek nenek dari pihak Ayahnya, yakni orangtua Bima.
Film yang sempat jadi kontroversi karena di boikot di beberapa kota, sesungguhnya sebuah film yang menampilkan edukasi yang baik kepada remaja dan juga orangtua. Sebab dalam film ini dibahas banyak hal dari mulai segi kesehatan fisik dan mental bagi pasangan remaja yang terlanjur melakukan hubungan seks diluar nikah. Aborsi tentu bukan jalan keluar sebab beresiko kematian juga bagi sang Ibu, apalagi jika dilakukan bukan dengan tenaga profesional.
Selain itu, film ini juga membahas bagaimana sebaiknya keluarga menyikapi masalah ini. Mengelola emosi diri sendiri maupun kepada pasangan ataupun kepada anak mereka. Sebagai pengingat, perempuan yang sedang hamil seharusnya menghindari kondisi stres agar perkembangan bayinya sehat.
Dalam film ini, kedewasaan dalam menghadapi suatu masalah terlihat dari orangtua Bima yang meski tergolong keluarga miskin, ia masih mau merawat dan menganggap anak tersebut sebagai cucunya dan berusaha untuk tidak memisahkan anak kandung dari orang tua kandungnya.
Di sisi lain, ketidakdewasaan dalam menghadapi masalah ditunjukkan oleh keluarga Dara yang nampak ingin sekali memisahkan Dara dengan anaknya dengan cara mengadopsikan anak Dara kepada saudaranya yang sudah lama menikah dan tidak memiliki anak. Di kepala orangtua Dara adalah semua demi kebaikan Dara tanpa pernah mempertimbangkan apakah di mata Dara berpisah dari anaknya juga hal yang dia inginkan.
Saya sebagai penonton
akhirnya menyimpulkan bahwa selama ini banyak sekali anak - anak yang terlahir
dengan kondisi tidak di inginkan bukan hanya karena ketidaksiapan mental dari
calon orang tua, tetapi, juga karena terbentur oleh faktor keegoisan keluarga
besar atas keinginannya. Padahal dengan kedewasaan emosi, masalah seperti ini
bisa teratasi bagi remaja tersebut, juga bagi keluarga remaja. Bila terjadi
kejadian seperti ini, yang harus diselamatkan adalah Calon Ibu dan Calon Bayi.
Disamping itu, film ini
juga mengedukasi bahwa kehamilan di usia yang masih sangat muda akan lebih
membawa banyak resiko. Sebisa mungkin hindarilah untuk berada pada posisi itu,
sebagai contoh dengan menggunakan kondom agar kehamilan dini bisa dicegah.
Menonton film ini tidak di sarankan jika hanya menonton dari sebagian film saja, karena nanti akan menimbulkan kesalahpahaman sepihak. Film ini sangat bagus untuk dijadikan bahan diskusi.