Selasa, 07 Juli 2020

Resensi Film : Dua Garis Biru (2019)



DATA FILM

Judul : Dua Garis Biru

Pemain : Angga Yunanda, Zara Adhisty, Dwi Sasono, Lulu Tobing, Cut Mini, Rachel Amanda, Arswendi Nasution

Sutradara : Gina S Noer

Produksi : Starvision Plus

Durasi : 113 Menit


SINOPSIS

    Bima dan Dara adalah remaja biasa yang sedang duduk di bangku SMA kelas 12 yang sedang jatuh cinta. Dara yang memang pandaidan bermimpi bisa kuliah di korea sedangkan Bima yang biasa - biasa saja masih bingung memutuskan akan kuliah dimana. Sejak mereka resmi pacaran, teman - teman sekelasnya seringkali mengolok - olok mereka sebagai pasangan suami istri.

    Suatu hari saat Bima sedang berkunjung ke rumah Dara setelah pulang sekolah, lalu terjadilah hubungan intim diantara mereka berdua. Sebulan kemudian, Dara ternyata positif hamil. Mengetahui hal tersebut, Bima shock dan memutuskan untuk meninggalkan Dara.

    Kebingungan tersebut akhirnya menuntun kepada suatu pilihan yang di inisiasi oleh Bima agar kandungan Dara di aborsi saja, di sisi lain, Dara menolaknya, ia mulai mencintai calon anaknya.
Masalah semakin rumit dan lebar saat kedua orang tua mereka mengetahui kehamilan Dara dari pihak sekolah lalu memutuskan untuk mengeluarkan Dara dari sekolah.

    Benarkah mereka sudah siap untuk menjadi orang tua dari anak tersebut? Benarkah pernikahan adalah jawaban dari semua persoalan ini? 

RESENSI

    Film ini disutradarai oleh Gina S Noer yang sekaligus menuliskan skenarionya. Sebuah cerita sederhana yang sangat relatable dengan kehidupan remaja masa kini. Film ini juga mengingatkan saya pada film Juno yang bertema sama namun kali ini di balut dengan nuansa yang lebih Indonesia.

    Ketika di film Juno, kedua pasangan muda mudi tersebut memutuskan untuk tidak menikah dan menyerahkan anaknya kepada orang lain untuk di adopsi, Di film ini, akhirnya, anaknya diputuskan untuk di asuh oleh kakek nenek dari pihak Ayahnya, yakni orangtua Bima.

    Film yang sempat jadi kontroversi karena di boikot di beberapa kota, sesungguhnya sebuah film yang menampilkan edukasi yang baik kepada remaja dan juga orangtua. Sebab dalam film ini dibahas banyak hal dari mulai segi kesehatan fisik dan mental bagi pasangan remaja yang terlanjur melakukan hubungan seks diluar nikah. Aborsi tentu bukan jalan keluar sebab beresiko kematian juga bagi sang Ibu, apalagi jika dilakukan bukan dengan tenaga profesional. 

    Selain itu, film ini juga membahas bagaimana sebaiknya keluarga menyikapi masalah ini. Mengelola emosi diri sendiri maupun kepada pasangan ataupun kepada anak mereka. Sebagai pengingat, perempuan yang sedang hamil seharusnya menghindari kondisi stres agar perkembangan bayinya sehat. 

    Dalam film ini, kedewasaan dalam menghadapi suatu masalah terlihat dari orangtua Bima yang meski tergolong keluarga miskin, ia masih mau merawat dan menganggap anak tersebut sebagai cucunya dan berusaha untuk tidak memisahkan anak kandung dari orang tua kandungnya. 

    Di sisi lain, ketidakdewasaan dalam menghadapi masalah ditunjukkan oleh keluarga Dara yang nampak ingin sekali memisahkan Dara dengan anaknya dengan cara mengadopsikan anak Dara kepada saudaranya yang sudah lama menikah dan tidak memiliki anak. Di kepala orangtua Dara adalah semua demi kebaikan Dara tanpa pernah mempertimbangkan apakah di mata Dara berpisah dari anaknya juga hal yang dia inginkan.

    Saya sebagai penonton akhirnya menyimpulkan bahwa selama ini banyak sekali anak - anak yang terlahir dengan kondisi tidak di inginkan bukan hanya karena ketidaksiapan mental dari calon orang tua, tetapi, juga karena terbentur oleh faktor keegoisan keluarga besar atas keinginannya. Padahal dengan kedewasaan emosi, masalah seperti ini bisa teratasi bagi remaja tersebut, juga bagi keluarga remaja. Bila terjadi kejadian seperti ini, yang harus diselamatkan adalah Calon Ibu dan Calon Bayi.

    Disamping itu, film ini juga mengedukasi bahwa kehamilan di usia yang masih sangat muda akan lebih membawa banyak resiko. Sebisa mungkin hindarilah untuk berada pada posisi itu, sebagai contoh dengan menggunakan kondom agar kehamilan dini bisa dicegah.

     Menonton film ini tidak di sarankan jika hanya menonton dari sebagian film saja, karena nanti akan menimbulkan kesalahpahaman sepihak. Film ini sangat bagus untuk dijadikan bahan diskusi.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar