Kamis, 16 Februari 2017

Strawberry Surprise : A Review





Judul Buku : Strawberry Surprise
Halaman     : 270 
Penerbit      : Bentang Pustaka
Penulis        : Desi Puspita Sari
Tahun Terbit : 2013

********************

Kadangkala, munculnya cinta tidak bisa diduga kapan dan dimana. Ia muncul begitu saja sekehendak hati tanpa permisi.Begitu mengejutkan. Persis seperti asamnya buah strawberry. Kadang yang berwarna merah segar belum tentu ia manis.

Sama dengan halnya cinta Aggi dan Timur yang mengalami pasang surut sebab keegoisan masing-masing. Padahal perkaranya sepele saja. Yang mana semua bisa diselesaikan dengan berbicara baik-baik. Di akhir mereka memutuskan untuk berpisah sementara, Aggi berkata pada Timur untuk mencarinya lagi nanti selepas 5 tahun mereka tak berjumpa.

Lalu Timur bertanya, kapankah waktu yang tepat setelah 5 tahun itu? Aggi berseru, nanti setelah kamu berhasil "mendengar" suaraku kembali, maka itulah pertanda untukmu untuk mencariku kembali.

Persis selama berpisah, keduanya tak saling berusaha menghubungi lebih dulu. Aggi tenggelam dalam pekerjaan yang begitu disenanginya yakni, menjadi kurator foto di salah satu galeri foto di kota Jogjakarta dan Timur pun demikian begitu larut dengan rutinitas kegiatannya di kantor yang bergerak dibidang periklanan.

Dua tahun sejak putusnya dengan Aggi, Timur masih betah sendiri sampai akhirnya di tahun ketiga ia memutuskan untuk mencoba membuka hatinya kembali dengan salah seorang penyanyi jazz di cafe yang sering ia sambangi di akhir pekan, Inda nama perempuan itu.

Sedang Aggi, sudah mencoba berpacaran dengan beberapa lelaki meski akhirnya semua berakhir dengan putus.

Sampai akhirnya saat lima tahun itu datang juga, suatu sore di kantor, tetiba saja Timur mendengar samar-samar suara Aggi. Lalu ia yakin bahwa itulah saat yang tepat. Segera ia berusaha menyusun sebuah rencana pertemuan kembali dengan mantan kekasihnya itu dengan melibatkan salah seorang teman kerja Aggi. Diawali dengan datangnya sebuah paket untuk Aggi dari Timur yang berisi buku karya Seno Gumira Ajidarma.

Ketika akhirnya mereka kembali bertemu, disitulah akhirnya konflik baru  bermunculan. Membuat Aggi harus berani menentukan pilihan, dimana ternyata membuat sebuah pilihan tak semudah membalikkan tangan. Bagaimana cara menekan egois diri demi membuat sebuah kompromi yang menyenangkan bagi kedua belah pihak. Belum lagi invasi dari orang luar yang berusaha merebut kembali Timur ke dalam pelukannya.

Kali ini, mereka benar-benar sedang diuji untuk mendapatkan hasil, layakkah mereka bersatu?

Hidup memang kejutan bukan? Seperti kejutan asam pada buah strawberry.

***************

Kisah ini adalah kisah yang sangat sederhana. Mungkin banyak orang yang juga mengalami kejadian serupa. Namun Desi mampu mengemasnya dari sudut pandang yang berbeda dan menghasilkan citarasa yang berbeda sehingga rasanya peris seperti strawberry, campuran antara manis dan asam. Membuat pembaca tak henti-hentinya tersenyum sendiri saat mengikuti kisah Aggi dan Timur lembar demi lembar.

Novel ini termasuk di Flavour Series yang digagas oleh Penerbit bentang pustaka. Pun telah juga diangkat ke layar lebar dengan judul yang sama, diperankan oleh Acha Septriasa sebagai Aggi dan Reza Rahardian sebagai Timur.

1st post di 2017


Hello Guys!

Maaf, blog nya ga keurus sejak lepas lebaran, nuhun. Jadi ceritanya, sejak lebaran itu, sebenernya komunitas menulisku sudah hampir menerbitkan buku yang dibantuin sama salah seorang member komunitas juga sih, tapiii huft hasilnya sangat jauh dari perkiraan. Mana layoutnya ga banget dan saat itu rasanya, gemeeeess pingin jambak-jambakin dia.

Tapi apa daya, jauhnya lokasi, akhirnya mengurungkan niatku. Dan akhirnya buku kita yang belum ber ISBN itu nangkring rapi di lemariku. Tak juga kubaca karena memang desainnya nggak enak buat dibawa kemana-mana. Ukurannya terlalu besar.

Kebetulan juga, ada satu dan dua hal yang menyebabkan aku sedikit rempong karepe dewe wkwk, alias sibuk karena dibuat sendiri sehingga selepas lebaran 2016 memutuskan untuk rehat sejenak dari dunia silat menyilat, eh salah, dunia tulis menulis.

Efeknya? Lebih seger. Karena jadi banyak ide baru yang melintas. Sebab saat menghilang itu, aku memutuskan untuk meneruskan belajar mengajiku yang sudah sedari playgroup diajarkan. Alhamdulillah sih, sudah bisa baca al-Quran sejak kelas 2 SD. Tapi begitulah adanya kalau belajarnya putus nyambung mirip lagunya BBB, banyak tajwidnya yang gak pas, panjang-pendeknya salah dan yang paling di fokusin adalah nada.

Iya, tahu dong ada sebagian orang yang bisa mengaji dengan suara yang sangat indah? Kupikir dulu itu semua gift yang memang hanya sebagian orang saja yang bisa melakukannya. Ternyata, itu semua bisa dipelajari. Sejak tahu bahwa itu bisa di pelajari, langsung terbersitlah semangat belajar itu dan alhamdulillah kok ya langsung diberikan jalan sama gusti Allah buat berguru kemana. Setelah kurang lebih 6 bulan mencoba "berteman" dengan Al Quran, (4 bulan dibaca - baca sendiri, 2 bulannya dibaca dengan di dampingi guru.) akhirnya ketemu juga nadanya. Hihihi

Nah, apa hubungannya mengaji dengan menulis? Kalo di aku? Banyak banget efeknya. Ide itu rasanya lebih lancar. Jadi lebih banyak yang bisa ditulis dari begitu banyak perspektif. Sebab pada dasarnya, karya sastra yang agung kan memang Al-Quran. How it could be? Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang pada saat itu tinggal di Mekkah dimana penduduknya sangat menyenangi syair.

Gampangnya sih, orang keren pada saat itu adalah orang yang mampu mencipta syair yang begitu indah. Maka diturunkanlah Al-Quran mengikuti kesenangan orang-orang pada saat itu yakni syair. Kalau kamu nggak bisa bahasa arab, nggak masalah, coba baca artinya pakai bahasa Indonesia/bahasa Inggris disitu akhirnya kamu mengerti gimana nyastra nya Al-Quran. Belum ada yang bisa menandingi keindahannya. Setiap kata yang ada di dalamnya terjalin sempurna dan wow amazing pokoknya. Susah di deskripsikan.

Well, akhirnya mulai menulis lagi sekitar bulan februari ini sih, kolaborasi dengan kawan-kawan di komunitas Devils of Death yang sekarang juga makin nyastra. Meski nama komunitasnya nggak nyastra puol, wkwkwk. Semakin kesini, semakin banyak anak muda yang melek sastra, alhamdulillah. Mereka semakin suka membaca dan menulis.

Disela-sela sibuk belajar mengaji, aku juga lagi gandrung banget sama fotografi. Sukanya sudah lama sih, tapi baru kesampean sekarang buat nyoba-nyoba lebih jauh, dikarenakan baru sekarang punya ponsel dengan kameranya yang beresolusi tinggi. Telat banget ya? Hahahaha, ya nggak masalah deh, dari nggak sama sekali kan? *sebuah pembelaan yang begitu dipaksakan*

Karena itu pula, lepas lebaran jadi suka pergi-pergi gitu deh hehehe, buat nyari spot asyik buat foto-foto. Bisa dilihat ya di akun instagramku dengan id @nuninaklose. Gaya dong akunya sekarang juga udah punya IG, hahaha.

Ah, si Nina mah sukanya telat melulu.

Bodo, yang penting kan punya, daripada engga? lol.

See you di postingan selanjutnya.