Minggu, 27 Februari 2022

Beauty photoshoot of my holy matrimony

 


On my wedding i choose @demimade as my make up artist or MUA or perias manten.

Then the ask two of her friend, @ditadyanti as my hijab stylist , and @namiramakeup as MUA for mother, sister, and aunt of the bride.

Here's more photos' 


 I think, my wedding make up is not bad, even i forget to ask to give me cheek shading, to make my face slimmer
















See you on next post with more photos...

Btw, you guys feel free to contact the MUA if you need their service, via DM instagram.





New Year, New Status , Yeay!!

 


Well, hello, it's been very long time not to write here, so hi everyone, i'm back again, with new status of course :))

Me, finally tied the Knot with my most precious soulmate after we have a year long distance relationship, between Indonesia - Europe and Indonesia - USA.

Call him Acit, the one who can steal my heart, the one who can accept my weakness and always take care of me whenever and wherever.

Kita punya 10 tahun perbedaan usia, ketika memutuskan menikah, aku usia 27 dan dia usia 37. Now before i tell you more about our wedding, let me share some photos of us first, just imagine it that the photos Will tell the story hehe, enjoy 

p.s : it Will help me reduce some photos from my mobile phone


So, this is the first photos that i really want to share to you, this is a photo that i use to make buku nikah, how do you it in English?


And the second photo is our akad nikah, simply, you are able to say it as holy matrimony. We did our holy matrimony at Masjid Agung Surabaya or Masjid Nasional Al - Akbar Surabaya. On Saturday, January, 15 2022 , at 10am.

Suamiku mengucap kalimat ijab dan Qabul dengan lancar dalam satu tarikan nafas. Literally bikin aku sedih, aku sampai nangis terharu, yang bikin riasan mataku a little bit rusak hehe ✌️ , untung fotografernya handal, walaupun bukan Beauty photoshoot after akad nikah.

Kalo before akad nikah sih, udah dapet beauty photoshootnya.

FYI, aku pakai 2 fotografer yang Alhamdulillah sih mau mau aja dapet extra time dan aku ga kena charge.

Kmarin pakai @mamoyaphoto & @hzmphotography, harganya tentu yang jadi bahan pertimbangan. For more info you can contact then through DM Instagram, ok? 

I'll see you in next post with more photos of my wedding ❤️


Selasa, 22 Juni 2021

Movie Review : Trinity, The Nekad Traveler (Part 1)







DATA FILM


Judul : The Nekad Traveler (Part 1)

Tahun Tayang : 2017

Sutradara : Rizal Mantovani

Pemain : Maudy Ayunda, Hamish Daud, Rachel Amanda, Anggika Bolsterli, Babe Cabita, Ayu Dewi

Produksi : Starvision Plus

Durasi : 110 Menit


SINOPSIS

Film Trinity, The Nekad Traveler mengisahkan Trinity adalah seorang pegawai kantoran yang memiliki hobi traveling. Selain bekerja di kantor, Trinity juga mengelola situs blog nya yaitu naked-traveling.com untuk menuangkan semua perjalanan dan pengalamannya melalui tulisan. Namun hobi Trinity yang suka jalan-jalan sering berbenturan dengan keadaan uangnya yang pas-pasan, karena dia hanya mengandalkan uang yang dia sisihkan dari gaji menjadi seorang pegawai biasa. Bahkan, tak jarang Trinity sering ditegur oleh bosnya karena sering mengambil jatah cuti untuk berlibur.

 

Ketika Harpitnas (istilah dari Hari Kejepit Nasional) datang, Trinity sangat memanfaatkan momen itu untuk liburan. Bersama dengan dua sahabatnya yang memiliki hobi serupa, Nina dan Yasmin, beserta sepupunya, untuk berlibur bersama. Namun, sebagai orang tua Trinity, Bapak dan Mama selalu bertanya mengenai jodoh dan keseriusan menjalin hubungan. Tetapi Trinity selalu berdalih bahwa dia akan mencari jodoh apabila bucket list nya telah terwujud. Bucket list Trinity berisikan hal-hal yang harus dia lakukan sebelum tua dan kebanyakan isinya mengenai jalan-jalan.

 

Suatu hari saat Trinity sedang melakukan traveling, dia bertemu dengan Paul (diperankan oleh Hamish Daud). Dia adalah seorang fotografer sekaligus traveler.  Trinity juga sempat merasa tertarik dengannya. Namun dengan hobi keduanya sebagai traveler, apakah hubungan itu akan terus berlanjut? Lantas berhasilkah Trinity mewujudkan seluruh impiannya di bucket list?


REVIEW

Bagi saya, film ini mengangkat isu yang tidak biasa, tentang mengenali diri sendiri dan mendengarkan suara hati diri sendiri. Terutama tentang mengenali diri bagi setiap perempuan. Perempuan sebagaimana kita kenal selama ini, yang tumbuh dalam budaya patriarki yang kuat, selalu dipandang sebelah mata jika memiliki keinginan yang kuat. Mereka akan menerima ucapan miring , apalagi sih yang mau kamu cari? Memangnya ini kurang? Jadi perempuan kok banyak maunya. 

Perempuan yang terlalu mandiri dianggap tidak normal dan tidak sesuai kodratnya. Perempuan seharusnya diam, pasrah dan menurut saja. Perempuan tidak pantas untuk mandiri, perempuan sebaiknya harus selalu dilindungi oleh lelaki.

Sedangkan film ini mengangkat kisah nyata yang telah dibukukan tentang seorang traveler perempuan yang sangat mandiri dan juga punya keinginan yang kuat, yang tidak begitu saja mau dipaksa menikah setelah dewasa.

Bagi Trinity, tokoh utama film ini, perjalanannya bukan sekedar menghabiskan uang dan bergaya saja, dalam perjalanannya dia menemukan banyak kenalan baru, ia belajar banyak hal baru di tempat yang ia kunjungi, dalam perjalanannya juga ia memiliki banyak waktu untuk mengenal tentang dirinya lebih jauh, mendengarkan apa keinginan dirinya yang dilakukan murni untuk dirinya sendiri, bukan semata menyenangkan orang lain atau hanya mengikuti adat yang sudah berjalan, dia sedang berusaha mencintai dirinya sendiri.

Dengan kita bisa mencintai diri sendiri, maka itu satu langkah bagus yang patut diapresiasi karena artinya kita telah mengenali diri kita sendiri secara utuh. Kita mengerti apa yang baik untuk kita saat ini dan kemudian hari. Kita tidak akan terjebak arus, kita memiliki prinsip dan itu penting bagi setiap perempuan.

Setelah mengenali diri sendiri, maka akan muncul rasa bahagia dalam diri. Sebelum seorang perempuan memutuskan untuk bahagia bersama orang lain, ia harus bisa bahagia dengan dirinya sendiri terlebih dahulu. Kondisi yang seperti ini akan memunculkan kemandirian, kita tidak bergantung pada orang lain untuk merasa bahagia, kita bisa bahagia karena diri kita sendiri.

Dalam film ini, scene yang paling mengharukan dan membekas di hati adalah ketika Trinity mengerti bahwa Paul bukanlah tujuannya saat ini, bahwa masih banyak yang ingin ia raih. Situasi yang amat sulit seperti ini, dimana seorang perempuan harus memilih adalah situasi yang sangat penting. Memilih itu adalah hak setiap laki - laki dan perempuan, perempuan dan laki - laki itu setara. Di posisi genting inilah prinsip seorang perempuan dibutuhkan, dan prinsip hanya akan muncul jika seorang perempuan sudah mengenali secara utuh dirinya sendiri, apa yang menjadi keinginan dan prioritasnya.

Film ini sungguh sangat layak tonton berkali - kali selain karena pesan tersirat yang termuat di film ini, saya sangat suka dengan latar tempat yang disuguhkan, dari mulai Lampung, Nusa Tenggara, Makassar dan Filipina sampai Maldives. Sekaligus cuci mata secara gratis :)

Seperti biasa, akting Maudy Ayunda sama sekali tidak mengecewakan. Film ini asli rekomendasi banget!

Kamis, 04 Maret 2021

Menutup Akhir Tahun 2020 dengan Sakit Corona (Part 2)



Assalamualaikum!!

Alhamdulillah, Finally masih diberi waktu lagi untuk mengupdate btercinta tapi jarang diurus ini wkwk.

Oke, jadi, aku akan melanjutkan ceritaku tentang pengalamanku sakit covid-19.

Cerita part 2, akan dimulai dengan kehidupan pasca dinyatakan NEGATIF Covid-19.


Aku akhirnya dijemput oleh keluarga, pada malam harinya dari pusat karantina Covid-19.

Kondisi yang aku rasakan pada saat itu adalah, badanku masih terasa ngilu, sedikit demam, tapi masih bisa jalan - jalan. Lucu ya? Sudah dinyatakan Negatif tetapi gejala - gejala itu masih muncul.

Lalu, sebelum keluar dari pusat karantina, aku diberi surat keluar, tanda bahwa aku sudah bisa dikembalikan ke tengah - tengah masyarakat karena aku tidak lagi berbahaya dengan menularkan virus.

Ngeri - ngeri sedep nggak tuh? Serasa residivis covid-19 wkwkwk

Namun, dibawahnya, diberikan sebuah catatan, meskipun aku negatif, aku diminta untuk tetap melaksanakan karantina mandiri sekali lagi di rumah, selama 8 hari ke depan.

*
Sesampainya di rumah, aku benar - benr takjub dengan kondisi rumahku yang kotor banget. Bekas boks nasi jatah makanan yang diberikan oleh pemerintah sebagai bantuan bagi warga yang terkena covid-19 menumpuk di dapur.

Jadi begitulah teman - teman pembaca yang budiman, rumah yang digunakan sebagai karantina baik mandiri maupun pusat karantina, situasinya selalu kotor. Kenapa? karena untuk membersihkan ruangan sendiri saja kita sebagai pasien teramat lelah, sedangkan jika kita meminta tolong orang lain, untuk membersihkan tentu tidak semudah jika kita sehat. 

Karena yang membersihkan ruangan juga perlu mawas diri, dengan menggunakan baju hasmat full body, masker dan juga goggles, atau kacamata plastik bening, pokoknya persis mirip astronot.

Jadi, kontradiksi ya, di satu sisi, kita diminta untuk selalu higienis, di satu sisi, ketika sakit, bantuan untuk membersihkan rumah juga tidak semudah itu di dapat, bahkan tetangga juga sangat takut ketika mereka ingin memberi sumbangan susu ke rumahku, mereka hanya meletakkannya di depan pagar rumah dan menelepon ponselku, untuk segera mengambilnya di depan rumah.

Ketika aku keluar rumah dan membuka pagar, tetangganya sudah pulang, hiks.

Intinya, aku sesungguhnya menyarankan untuk setidaknya orang - orang yang melakukan karantina mandiri, diberi bantuan untuk membersihkan lingkungan mereka, tentu saja yang membersihkan rumah juga sudah di bekali peralatan tempur yang mumpuni.

Sungguh, negara ini masih harus berjuang sangat panjang untuk menyelesaikan masalah pandemi ini.
*
Lalu, akhirnya, aku yang kata orang jawa istilahnya, tidak srantan, keesokan paginya, beres - beres rumah. karena aku tidak bisa melihat rumahku kotor begini, sedangkan dua adikku lainnya juga masih positif, dan kedua orangtuaku juga hampir setiap hari merasa demam terus, meskipun mereka negatif, tapi tentu saja mereka kontak erat dengan adik - adikku.

Aku yang merasa diriku sudah negatif, maka berinisiatif untuk membersihkan rumah.

Setelah itu aku menjemur diriku di lapangan depan rumah, mencari sinar matahari, agar imunku tetap baik.
*
Lalu yang terjadi setelahnya, pada siang hari sampai sore harinya, badanku tiba - tiba nyeri kembali di sekujur tubuh, dan demam kembali.

Aku bertanya kepada salah seorang kawanku yang juga punya pengalaman sakit Covid-19 dan berhasil sembuh, Kumaila Hakimah, dia berkata, bahwa sakit covid itu sembuhnya memang lama. Dirinya membutuhkan sekitar 2 bulan untuk khirnya pulih sepenuhnya dari Covid.

Statementnya itu yang membuat aku tenang. Aku berpikir ketika badanku kembali diserang ngilu berkepanjangan ini.

Tiba - tiba, malamnya, aku diserang sesak napas berat.

Sampai badanku dingin semua. Punggungku rasanya sakit banget. Aku kesulitan bernapas. Pada saat itu di kotaku sedang di berlakukan PPKM.

Saat itu sudah pukul 9 Malam kurang. Tidak mungkin aku pergi ke rumah sakit. Ingin pergi ke puskesmas dekat rumah untuk minta bantuan oksigen, ditolak, tetapi aku memahami alasan dibalik penolakan itu, karena untuk kasus sesak napas yang dialami penderita Covid-19, hanya rumah sakit rujukan yang berwenang untuk memberikan tindakan.

Disatu sisi, kita semua sudah mahfum bagaimana cara kerja Rumah Sakit yang birokrasi dan administrasinya begitu berbelit - belit. Bisa - bisa, nyawaku lewat sia - sia akibat birokrasi yang ruwet itu.

Sebab itu kejadian juga di saudara perempuan tanteku, ia akhirnya wafat dengan kondisi sesak napas parah akibat Covid-19 yang disertai 2 komorbid. Ia baru saja mendapat pertolongan ketika nafasnya sudah tinggal satu - satu.

Tidak pandemi saja, birokrasi Rumah Sakit sudah ruwet, apalagi di masa pandemi ini, ya makin ruwet lah. Bangsa ini butuh reformasi birokrasi di dunia kesehatan. Sayang, rasa - rasanya jalan menuju itu sangatlah panjang dan terjal.
*
Akhirnya, untuk menangani sesak napasku, akhirnya, orang tuaku membelikan oksigen kaleng portable yang dijual bebas di apotik. Tentu saja harganya lebih mahal dibanding oksigen yang bentuknya tabung seperti di rumah sakit dan bisa diisi ulang, tetapi itu sebanding dengan harga nyawaku bukan?

Akhirnya aku butuh sekitar 2 Minggu untuk pulih dari pasca sesak napas yang sempat datang menyerang 3 kali di hidupku.

Aku akhirnya menghabiskan setidaknya 8 kaleng oksigen portable. Selama itu, aku tidak mampu berkegiatan yang terlalu banyak dan terlalu lelah, karena, semakin banyak aku bergerak, maka semakin banyak juga oksigen yang dibutuhkan.

Di masa itu juga, aku tidak mampu makan banyak, karena proses mencerna makanan juga membutuhkan oksigen yang banyak. Sedangkan, paru paruku tidak mampu untuk menarik oksigen lebih banyak.

Awalnya, kukira aku menderita kerusakan paru - paru pasca sembuh dari Covid-19, aku sudah membayangkan, seumur hidup akan bergantung dengan oksigen portable dan tidak lagi bepergian jauh. Tidak bisa apply pekerjaan yang menuntut kerja lapangan.

Pada saat itu, aku merasa hidupku sudah berakhir, aku, gadis single, 26 tahun, pekerja freelance dan memiliki gangguan pada paru - paruku.
*
Melihat aku yang sedikit kehilangan semangat, akhirnya orang tuaku membawaku ke sebuah klinik dokter umum langganan saudara sepupuku dan yang merawat mereka sekeluarga ketika mereka juga terserang Covid-19.

Kata dokter umum tersebut, tidak, ini bukan gangguan paru - paru atau serangan Covid-19 kedua. Ini hanya masih adanya suatu bakteri yang masuk ke dalam paru - paruku yang masuk bersamaan dengan virus Covid-19.

Virusnya mati akibat antibodiku dan juga dilawan sama bakterinya, mereka berebut inang di tubuhku.

Namun, bakteri tidak bisa mati hanya dengan antibodi, dia butuh antibiotik.

Maka aku diresepkan 20 biji antibiotik untuk diminum sampai habis, sehari sekali.

Alhamdulillah, setelah obatnya habis, aku merasa jauh lebih enak, tidak lgi mudah lelah, dan penggunaan oksigen juga semakin berkurang.

Penggunaan oksigen kubutuhkan jika dan hanya jika aku stres dan banyak pikiran saja.

Jadi, ya, aku masih stok setidaknya 3 kaleng oksigen di kamarku.
*
Semoga cerita pengalamanku sakit Covid ini, bisa diambil pelajaran bagi semua pembaca ya. Tidak mudah melawan Covid tetapi kita harus tetap berjuang. Semoga kedepan, kita semua, diberi kesehatan, amin.
*
P.S : Sudah teridentifikasi, virus Covid yang bermutasi dan ditemukan di Inggris, yang jauh lebih cepat menular dari sebelumnya, yang ditemukan di Singapura dan juga jauh lebih mematikan.
*
PERJUANGAN DAN PERLAWANAN MASIH PANJANG YA GUYS, SUNGGUH INI MENGUJI MENTAL KITA SEMUA!!! BERTAHAN DAN JANGAN LENGAH!

 

Minggu, 28 Februari 2021

Menutup Akhir Tahun 2020 dengan Sakit Corona (Part 1)


Assalamualaikum Semua!!

Gimana kabarnya? Semoga semua sehat ya. Alhamdulillah akhirnya aku masih diberi kesempatan untuk update lagi di laman blog pribadiku ini. 

Jadi, aku mau cerita pengalamanku nih, sebuah pengalaman yang sangat berharga banget dan semoga yang membaca tulisanku ini juga akhirnya bisa mengambil pelajaran dari apa yang aku alami ya...

Akhir tahun 2020, saat orang semua bersuka cita merayakan hari raya natal, tentu saja aku dan sekeluarga juga ingin ikut merasakan gegap gempitanya meskipun kami semua adalah keluarga muslim, tapi kami tidak melarang diri kami untuk ikut merasakan suasana meriahnya dan juga tidak mearang diri kami sendiri untuk haram mengucapkan selamat natal kepada saudara - saudara kami yang kristiani.

Demi ikut merasakan gempita suasana itu, kami sekeluarga memilih untuk makan malam di luar pada tanggal 24 Desember. Kami sekeluarga memutuskan untuk makan di sebuah Mall yang cukup sepi dengan pertimbangan agar tidak terlalu berkerumun dengan banyak orang. Restoran pilihan kami adalah sebuah Restoran Jepang dengan menu sejenis Suki - suki an dan grill.

Kami makan sekitar pukul 7 Malam hingga pukul 8 Malam. Pada saat berangkat, kondisiku masih baik - baik saja. Aku masih ceria dengan menjadi penghabis makanan paling banyak.

Sepulang dari Restoran, malamnya, entah mengapa, aku merasa badanku tiba - tiba demam dan juga terasa sangat nyeri di sekujur tubuh. Kalau Mamaku bilang, itu namanya ngilu. Untuk mengatasi badanku yang tidak enak itu, aku mengonsumsi obat penurun panas dan juga antibiotik untuk Thypus. Karena dengan pengalaman yang ada, aku merasa, sepertinya penyakit Thypusku kambuh. Karena ciri - cirinya hampir mirip.

Keesokan harinya, pada tanggal 25 Desember 2020, aku merasa kondisiku makin memburuk, aku tidak memiliki nafsu makan, badanku makin lemas, suhu tubuhku juga bertahan di 37 celcius. 

Hari ketiga, tanggal 26 Desember 2020, aku mulai tidak bisa membedakan mana bau ini dan bau itu. Pada saat itu aku tidak sadar bahwa itu adalah gejala khas covid-19 yaitu anosmia, atau ketidak-mampuan seseorang untuk membaui sesuatu. Atau kehilangan daya penciumannya. Pada saat itu aku merasa, oh ini mungkin influenza biasa. Sebab ketika itu, gejala influenza juga muncul. Hidungku pilek tiada henti. Aku mengasumsikan bahwa ketidak mampuanku membau itu hanyalah bawaan dari sakit influenza tersebut.

Sampai pada akhirnya, tanggal 28 Desember 2020, aku memtuskan untuk tes swab karena kondisiku makin memburuk dan hasilnya keluar pada tanggal 29 Desember 2020 yang menyatakan  bahwa aku positif covid 19.

Tentu saja yang aku rasakan pada saat itu adalah panik dan cemas, mengingat bahwa berita di media tentang covid amat mengerikan. Akhirnya step selanjutnya yang aku lakukan adalah mengabari puskemas terdekat bahwa aku positif terinfeksi covid-19 dan minta bantuan agar aku bisa di karantina di pusat karantina khusus covid-19 agar aku tidak menulari anggota keluargaku yang lain.

Alhamdulillah, prosesnya cukup cepat, tanggal 30 Desember pagi, aku dikabari bahwa aku sudah mendapat kamar di pusat karantina.

Pada 30 desember 2020, siang harinya, aku sudah resmi masuk pusat karantina. Sebelumnya, aku diperiksa dulu dengan dokter jaga yang berada disana, diberi obat antibiotik, antivirus dan juga vitamin.

Namun, aku sendiri juga membawa vitaminku sendiri, jadi, pada saat itu, aku cukup banyak mengonsumsi vitamin.  Ada B Komplek, C, dan E dan imunomodulator merk Imboost.

Tidak lupa mengonsumsi makanan bergizi tinggi protein. Protein amat dibutuhkan bagi pasien covid-19 karena dia adalah bahan utama imun tubuh. Makanan yang di sediakan pusat karantina memang cenderung tinggi protein.

Lauknya berputar antara tempe, tahu, udang, ayam dan juga telur. Tak lupa sayur agar seimbang gizinya. Buahnya juga hampir selalu diberi buah Salak. Jangan salah, meskipun kelihatannya hanya buah Salak, tetapi buah Salak termasuk superfood penambah imunitas tubuh.

Selain itu, kita, pasiennya, mendapat ekstra tiga butir telur rebus dan jamu wedang pokak setiap siang, agar menaikkan imunitas tubuh.

Akhirnya, setelah di rawat sekitar 6 hari, aku akhirnya di nyatakan negatif. Namun masih butuh waktu untuk karantina Mandiri sekitar 8 hari kedepan.

Segini dulu cerita part 1 ku, akan kulanjutkan esok hari ya.

 

Senin, 20 Juli 2020

Movie Review : Susah Sinyal (2017)

Sinopsis Susah Sinyal - Film Terbaru dari Ernest Prakasa yang Bisa ...


DATA FILM

Judul : Susah Sinyal

Tahun Tayang : 2017

Sutradara : Ernest Prakasa

Pemain : Adinia Wirasti, Aurora Ribero, Ernest Prakasa, Refal Hady, Asri Welas, Valerie Thomas

Produksi : Starvision Plus

Durasi : 110 Menit



SINOPSIS

Ellen adalah seorang orangtua tunggal yang berprofesi sebagai pengacara. Ia memiliki seorang anak perempuan bernama Kiara yang diasuh oleh ibu kandungnya, Agatha. Ellen menikah begitu muda sehingga belum sepenuhnya dewasa dan berakhir dengan perceraian. Untuk menghibur hatinya yang luka, ia memutuskan untuk kembali kuliah dan bekerja, sampai akhirnya ia lupa pada kewajiban utamanya sebagai seorang Ibu.


Terlanjur dekat dengan omanya, Kiara cenderung bersikap dingin dengan ibunya, karena merasa tidak di perhatikan, sampai akhirnya ketika omanya meninggal karena sakit, Kiara sering berbuat kenakalan di sekolah hingga di panggil kepala sekolah.


Setelah itu hubungan Ellen dan Kiara teruji sampai akhirnya memutuskan untuk menghabiskan liburan ke Sumba. Apakah perjalanan Ibu dan Anak ini akan bisa merekatkan kembali hubungan mereka berdua, atau malah semakin buruk?


REVIEW

Film ini mengangkat tentang keresahan sang sutradara dan penulis skenarionya, Ernest Prakasa tentang keresahan sebagai orangtua yang hidup di Jakarta. Bagaimana pekerjaan yang padat menyedot hampir seluruh kehidupan manusia tanpa pilih kasih.

Kadang - kadang, bahkan sampai itu bisa memisahkan hubungan dengan keluarga. Seperti isu yang menjadi topik utama di film ini bahwa keluarga adalah segalanya dibandingkan kesibukan karir sekalipun.

Ernest Prakasa berhasil mengemas film ini sesuai keadaan orang tua dan anak - anaknya masa kini. Sehingga tentu saja sangat bisa menyentuh penonton yang memiliki masalah yang serupa. Film ini juga bukan hanya mengemas masalah tetapi juga memberikan solusi yang sangat mudah ditiru bagi orang tua dan anak - anak mereka, sebab dalam film ini melibatkan peran psikolog.

Sayang, bagi saya sendiri, sejujurnya film ini tidak terlalu menyentuh perasaan. Mungkin karena saya tidak terlalu relate dengan isu yang di angkat dalam film ini. Komedi yang disajikan juga cukup segar apalagi penyatuan duet maut komika dari timur, Arie Kriting dan Abdur Arsyad semakin membuat penonton tertawa terpingkal - pingkal.

Inti yang dapat dipetik dari film ini adalah bagaimana pentingnya komunikasi antar orangtua dan anak supaya tidak terjadi jarak diantara mereka meski memiliki kesibukan yang berbeda - beda. Dengan komunikasi pula, bisa menjembatani perbedaan keinginan antar orangtua dan anak sehingga bisa dicari jalan tengah demi kebaikan bersama.


Selasa, 07 Juli 2020

Resensi Film : Dua Garis Biru (2019)



DATA FILM

Judul : Dua Garis Biru

Pemain : Angga Yunanda, Zara Adhisty, Dwi Sasono, Lulu Tobing, Cut Mini, Rachel Amanda, Arswendi Nasution

Sutradara : Gina S Noer

Produksi : Starvision Plus

Durasi : 113 Menit


SINOPSIS

    Bima dan Dara adalah remaja biasa yang sedang duduk di bangku SMA kelas 12 yang sedang jatuh cinta. Dara yang memang pandaidan bermimpi bisa kuliah di korea sedangkan Bima yang biasa - biasa saja masih bingung memutuskan akan kuliah dimana. Sejak mereka resmi pacaran, teman - teman sekelasnya seringkali mengolok - olok mereka sebagai pasangan suami istri.

    Suatu hari saat Bima sedang berkunjung ke rumah Dara setelah pulang sekolah, lalu terjadilah hubungan intim diantara mereka berdua. Sebulan kemudian, Dara ternyata positif hamil. Mengetahui hal tersebut, Bima shock dan memutuskan untuk meninggalkan Dara.

    Kebingungan tersebut akhirnya menuntun kepada suatu pilihan yang di inisiasi oleh Bima agar kandungan Dara di aborsi saja, di sisi lain, Dara menolaknya, ia mulai mencintai calon anaknya.
Masalah semakin rumit dan lebar saat kedua orang tua mereka mengetahui kehamilan Dara dari pihak sekolah lalu memutuskan untuk mengeluarkan Dara dari sekolah.

    Benarkah mereka sudah siap untuk menjadi orang tua dari anak tersebut? Benarkah pernikahan adalah jawaban dari semua persoalan ini? 

RESENSI

    Film ini disutradarai oleh Gina S Noer yang sekaligus menuliskan skenarionya. Sebuah cerita sederhana yang sangat relatable dengan kehidupan remaja masa kini. Film ini juga mengingatkan saya pada film Juno yang bertema sama namun kali ini di balut dengan nuansa yang lebih Indonesia.

    Ketika di film Juno, kedua pasangan muda mudi tersebut memutuskan untuk tidak menikah dan menyerahkan anaknya kepada orang lain untuk di adopsi, Di film ini, akhirnya, anaknya diputuskan untuk di asuh oleh kakek nenek dari pihak Ayahnya, yakni orangtua Bima.

    Film yang sempat jadi kontroversi karena di boikot di beberapa kota, sesungguhnya sebuah film yang menampilkan edukasi yang baik kepada remaja dan juga orangtua. Sebab dalam film ini dibahas banyak hal dari mulai segi kesehatan fisik dan mental bagi pasangan remaja yang terlanjur melakukan hubungan seks diluar nikah. Aborsi tentu bukan jalan keluar sebab beresiko kematian juga bagi sang Ibu, apalagi jika dilakukan bukan dengan tenaga profesional. 

    Selain itu, film ini juga membahas bagaimana sebaiknya keluarga menyikapi masalah ini. Mengelola emosi diri sendiri maupun kepada pasangan ataupun kepada anak mereka. Sebagai pengingat, perempuan yang sedang hamil seharusnya menghindari kondisi stres agar perkembangan bayinya sehat. 

    Dalam film ini, kedewasaan dalam menghadapi suatu masalah terlihat dari orangtua Bima yang meski tergolong keluarga miskin, ia masih mau merawat dan menganggap anak tersebut sebagai cucunya dan berusaha untuk tidak memisahkan anak kandung dari orang tua kandungnya. 

    Di sisi lain, ketidakdewasaan dalam menghadapi masalah ditunjukkan oleh keluarga Dara yang nampak ingin sekali memisahkan Dara dengan anaknya dengan cara mengadopsikan anak Dara kepada saudaranya yang sudah lama menikah dan tidak memiliki anak. Di kepala orangtua Dara adalah semua demi kebaikan Dara tanpa pernah mempertimbangkan apakah di mata Dara berpisah dari anaknya juga hal yang dia inginkan.

    Saya sebagai penonton akhirnya menyimpulkan bahwa selama ini banyak sekali anak - anak yang terlahir dengan kondisi tidak di inginkan bukan hanya karena ketidaksiapan mental dari calon orang tua, tetapi, juga karena terbentur oleh faktor keegoisan keluarga besar atas keinginannya. Padahal dengan kedewasaan emosi, masalah seperti ini bisa teratasi bagi remaja tersebut, juga bagi keluarga remaja. Bila terjadi kejadian seperti ini, yang harus diselamatkan adalah Calon Ibu dan Calon Bayi.

    Disamping itu, film ini juga mengedukasi bahwa kehamilan di usia yang masih sangat muda akan lebih membawa banyak resiko. Sebisa mungkin hindarilah untuk berada pada posisi itu, sebagai contoh dengan menggunakan kondom agar kehamilan dini bisa dicegah.

     Menonton film ini tidak di sarankan jika hanya menonton dari sebagian film saja, karena nanti akan menimbulkan kesalahpahaman sepihak. Film ini sangat bagus untuk dijadikan bahan diskusi.