Minggu, 28 Februari 2021

Menutup Akhir Tahun 2020 dengan Sakit Corona (Part 1)


Assalamualaikum Semua!!

Gimana kabarnya? Semoga semua sehat ya. Alhamdulillah akhirnya aku masih diberi kesempatan untuk update lagi di laman blog pribadiku ini. 

Jadi, aku mau cerita pengalamanku nih, sebuah pengalaman yang sangat berharga banget dan semoga yang membaca tulisanku ini juga akhirnya bisa mengambil pelajaran dari apa yang aku alami ya...

Akhir tahun 2020, saat orang semua bersuka cita merayakan hari raya natal, tentu saja aku dan sekeluarga juga ingin ikut merasakan gegap gempitanya meskipun kami semua adalah keluarga muslim, tapi kami tidak melarang diri kami untuk ikut merasakan suasana meriahnya dan juga tidak mearang diri kami sendiri untuk haram mengucapkan selamat natal kepada saudara - saudara kami yang kristiani.

Demi ikut merasakan gempita suasana itu, kami sekeluarga memilih untuk makan malam di luar pada tanggal 24 Desember. Kami sekeluarga memutuskan untuk makan di sebuah Mall yang cukup sepi dengan pertimbangan agar tidak terlalu berkerumun dengan banyak orang. Restoran pilihan kami adalah sebuah Restoran Jepang dengan menu sejenis Suki - suki an dan grill.

Kami makan sekitar pukul 7 Malam hingga pukul 8 Malam. Pada saat berangkat, kondisiku masih baik - baik saja. Aku masih ceria dengan menjadi penghabis makanan paling banyak.

Sepulang dari Restoran, malamnya, entah mengapa, aku merasa badanku tiba - tiba demam dan juga terasa sangat nyeri di sekujur tubuh. Kalau Mamaku bilang, itu namanya ngilu. Untuk mengatasi badanku yang tidak enak itu, aku mengonsumsi obat penurun panas dan juga antibiotik untuk Thypus. Karena dengan pengalaman yang ada, aku merasa, sepertinya penyakit Thypusku kambuh. Karena ciri - cirinya hampir mirip.

Keesokan harinya, pada tanggal 25 Desember 2020, aku merasa kondisiku makin memburuk, aku tidak memiliki nafsu makan, badanku makin lemas, suhu tubuhku juga bertahan di 37 celcius. 

Hari ketiga, tanggal 26 Desember 2020, aku mulai tidak bisa membedakan mana bau ini dan bau itu. Pada saat itu aku tidak sadar bahwa itu adalah gejala khas covid-19 yaitu anosmia, atau ketidak-mampuan seseorang untuk membaui sesuatu. Atau kehilangan daya penciumannya. Pada saat itu aku merasa, oh ini mungkin influenza biasa. Sebab ketika itu, gejala influenza juga muncul. Hidungku pilek tiada henti. Aku mengasumsikan bahwa ketidak mampuanku membau itu hanyalah bawaan dari sakit influenza tersebut.

Sampai pada akhirnya, tanggal 28 Desember 2020, aku memtuskan untuk tes swab karena kondisiku makin memburuk dan hasilnya keluar pada tanggal 29 Desember 2020 yang menyatakan  bahwa aku positif covid 19.

Tentu saja yang aku rasakan pada saat itu adalah panik dan cemas, mengingat bahwa berita di media tentang covid amat mengerikan. Akhirnya step selanjutnya yang aku lakukan adalah mengabari puskemas terdekat bahwa aku positif terinfeksi covid-19 dan minta bantuan agar aku bisa di karantina di pusat karantina khusus covid-19 agar aku tidak menulari anggota keluargaku yang lain.

Alhamdulillah, prosesnya cukup cepat, tanggal 30 Desember pagi, aku dikabari bahwa aku sudah mendapat kamar di pusat karantina.

Pada 30 desember 2020, siang harinya, aku sudah resmi masuk pusat karantina. Sebelumnya, aku diperiksa dulu dengan dokter jaga yang berada disana, diberi obat antibiotik, antivirus dan juga vitamin.

Namun, aku sendiri juga membawa vitaminku sendiri, jadi, pada saat itu, aku cukup banyak mengonsumsi vitamin.  Ada B Komplek, C, dan E dan imunomodulator merk Imboost.

Tidak lupa mengonsumsi makanan bergizi tinggi protein. Protein amat dibutuhkan bagi pasien covid-19 karena dia adalah bahan utama imun tubuh. Makanan yang di sediakan pusat karantina memang cenderung tinggi protein.

Lauknya berputar antara tempe, tahu, udang, ayam dan juga telur. Tak lupa sayur agar seimbang gizinya. Buahnya juga hampir selalu diberi buah Salak. Jangan salah, meskipun kelihatannya hanya buah Salak, tetapi buah Salak termasuk superfood penambah imunitas tubuh.

Selain itu, kita, pasiennya, mendapat ekstra tiga butir telur rebus dan jamu wedang pokak setiap siang, agar menaikkan imunitas tubuh.

Akhirnya, setelah di rawat sekitar 6 hari, aku akhirnya di nyatakan negatif. Namun masih butuh waktu untuk karantina Mandiri sekitar 8 hari kedepan.

Segini dulu cerita part 1 ku, akan kulanjutkan esok hari ya.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar